Saturday 5 September 2015

Pengamat : Jokowi Didik Rakyat Bermental Pengemis

Share on :

Presiden Joko Widodo (Jokowi) belakangan ini mengulangi kebiasaannya ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta dengan melakukan blusukan. Termasuk diselipkannya kegiatan bagi-bagi sembako di sela kunjungan kerjanya tersebut kepada warga sebagaimana dia lakukan di kawasan Jakarta Utara.

Sikap yang ditunjukan Presiden Jokowi ini pun menuai kritik dari analisis politik Sidin Constitution, Pangi Syarwi Chaniago. Menurut Pangi, tradisi yang dilakukan Presiden Jokowi tidak elok jika diteruskan apalagi dipertontonkan ke publik.


“Apa yang dilakukan bapak Presiden Jokowi perlu kita kritisi dan tradisi ini tak elok diteruskan dan dipertontonkan ke publik. Sangat berbahaya kalau presiden yang langsung bagi -bagi sembako ke warga. Kalau cuma bagi-bagi sembako, siapa pun pasti bisa, tidak harus menjadi presiden saya kira,” ujarnya kepada Okezone, Sabtu (5/9/2015).

Pangi mengatakan, seharusnya Presiden Jokowi bisa memikirkan dan berbuat hal yang jauh lebih luas dan bermanfaat bagi negara untuk membahagiakan rakyatnya. Tidak dengan membagikan sembako yang justru nantinya akan menjadikan masyarakat habit.

“Bagi- bagi sembako adalah tradisi yang tak baik diteruskan dan dipertahankan. Lama- lama masyarakat akan terbiasa dan berubah menjadi 'habit' menjadi bangsa pengemis, bukan kah tangan di atas tentu jauh lebih baik dari tangan di bawah?, “ tuturnya.

Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah (UIN) Jakarta kembali menegaskan, sikap yang ditunjukkan Presiden Jokowi dengan membagikan sembako jelas merusak. Presiden Jokowi harus segera menghentikan kebiasaan tersebut karena hal tersebut sedianya bertentangan dengan nawa cita dan revolusi mental.

“Aktifitas bagi-bagi sembako di setiap kali kunjungan bapak presiden jelas merusak. Rakyat kita tidak boleh dibiasakan menjadi mental cengeng, pragmatis dan pengemis. Presiden sebaiknya menghentikan kebiasaan mempertontonkan warga berebut sembako. Ini bukan sebuah kegembiraan namun sebuah musibah yang bertentangan dengan nawa cita dan revolusi mental,” tegasnya.

Pangi menambahkan, jangan sampai muncul kesan publik bahwa kegiatan bagi-bagi sembako adalah pencitraan agar rakyat tidak marah di tengah perekonomian kian melemah saat ini. Kendati pada suatu sisi kegiatan bagi-bagi sembako menunjukkan Presiden Jokowi peduli dengan rakyatnya.

“Namun, di sisi lain kegiatan tersebut bertujuan menutupi kelemahan bapak Presiden Jokowi sebagai kepala negara,” pungkasnya.

Ditulis Oleh : Unknown // 06:03
Kategori:

0 komentar:

Post a Comment

 

Artikel :

Artikel :

Artikel :