Sunday 29 September 2013

Azrul Ananda : Cara Mendidik Anak Versi Dahlan Iskan

Share on :

Azrul Ananda, anak biologis Dahlan Iskan, sekarang memimpin Jawa Pos dan menjadikan lebih hebat dan lebih besar dibandingkan saat dipimpin ayahnya Dahlan Iskan. Lebih modern, lebih efisien dan pasti lebih profitable. Beberapa penghargaan sudah diraih Jawa Pos selama kepemimpinan Asrul Ananda.

Apakah keberadaan azrul itu karena warisan? ternyata tidak, Dahlan Iskan pernah memecat anaknya sendiri karena pernah diindikasikan melakukan kesalahan. Namun ketika indikasi itu tidak terbukti. Azrul di pekerjakan lagi. Dahlan Pernah bilang jika Azrul nilainya cuma 7 maka tahta JP Group akan diberikan kepada yang lebih bagus. Jika angkanya 8 yg lain 7 tetap akan diberikan kepada orang lain. Jadi asrul harus punya nila 9 atau 10.

Sekarang Azrul memimpin sebuah liga bola basket dengan nama DBL. Sekarang sudah menjadi agenda nasional bahkan sekarang sudah menjadi agenda ASEAN.

Ambisi Azrul adalah membuat Basket di Indonesia lebih populer daripada Sepak Bola. Yuk kita belajar bagaimana Dahlan Iskan dalam mendidik anaknya.

Berikut petikan SWA dengan Azrul Ananda yang kini COO Jawa Pos tahun 2010. artikel lama tetapi semoga bisa mencerahkan.

------------------
Apa saja nilai-nilai dalam bisnis dan kehidupan yang Anda pelajari dari ayahanda?

Abah, (begitu Azrul memanggil Dahlan Iskan) dari dulu selalu mengajari saya: bekerja, dan bekerja secara fokus dan serius tanpa terlalu memikirkan apa yang akan didapat. Jangan terlalu perhitungan. Katanya, kalau kita kerja keras dan fokus, hasil baik akan datang dengan sendirinya. Sejauh ini, semua itu menjadi kenyataan.

Bagaimana Anda mengimplementasi nilai-nilai itu dalam aktivitas bisnis dan kehidupan?
Adakah nilai yang direaktualisasi รข€“ disesuaikan dengan kondisi masa kini?Dari dulu, apa pun yang saya lakukan, selalu dilakukan dengan serius. Kalau pun gagal, prosesnya selalu serius. Paling tidak, ada pelajaran yang selalu kita dapat dengan menjalani proses secara serius. Bedanya cara dia dengan saya sekarang? Hmmm, sekarang lebih sulit dan kompetitif, jadi kerjaan saya pasti lebih susah dari dia dulu. Hahahaha. Tidaklah, dulu dan sekarang sama sulit, tapi sulitnya beda.

Adakah perbedaan chemistry dalam memandang nilai-nilai itu antara Anda dengan ayah Anda?
Saya tidak persis dengan Abah. Dia punya satu cara, saya mungkin cara lain. Kadang kami pun berantem teriak-teriakan. Hahahaha. Tapi hebatnya Abah, dia selalu memberi saya kebebasan dalam berbuat. Kalau pun saya salah, dia akan membiarkan saya membuat kesalahan. Toh akhirnya akan belajar juga hahaha.

Dalam pandangan Anda, apa saja kehebatan yang dimiliki Pak Dahlan sebagai ayah sekaligus entrepreneur?
Dia itu orangnya serius dan konsekuen. Kalau mau sesuatu, akan diusahakan sampai dapat. Tapi dengan cara yang benar. Tidak dengan jalan pintas. Kalau harus bersusah payah naik gunung, ya akan bersusah payah naik gunung. Tidak buru-buru cari helikopter biar gampang. Memang cara-caranya kadang lebih susah, tapi jangka panjangnya akan lebih baik.

Bagaimana Anda dididik oleh ayah Anda? Apa yang diinginkan ayah Anda terhadap anak-anaknya?
Entahlah. Hahaha. Kayaknya dia dulu nggak pengen saya masuk koran. Tapi akhirnya kecemplung juga di dunia media. Yang jelas, dia ingin kami sukses dengan kerja keras, bukan dengan cara karbitan. Dia selalu mengingatkan, kalau nilai saya 7 maka lebih baik memakai orang lain. Kalau nilai saya 8, dan ada orang lain nilainya 7 maka lebih baik pakai orang lain. Jadi, mau tidak mau saya harus menang jauh dari yang lain, harus punya nilai 9 atau 10. Karena kalau saya biasa-biasa saja, orang akan menilai saya sukses karena ayah saya.

Kenapa Anda punya passion yang tinggi terhadap olah raga basket?
Sebenarnya olah raga favorit saya bukan basket. Saya ini pemain bola, dan olah raga terbaik saya bulu tangkis. Saya dulu tergabung dengan klub Djarum selama tiga tahun, waktu SD sampai SMP. Tapi ketika jadi siswa pertukaran di Ellinwood High School di Kansas tahun 1993-1994, saya ikut koran sekolah dan jadi fotografer tim basket. Dari situ belajar sistem basket SMA di Amerika. Sejak saat itu mulai perhatian pada basket. Belum penggemar, tapi mulai mengikuti.Keterlibatan di basket juga tidak direncanakan. Pada 2004, untuk menambah aktivitas anak muda di bawah bendera DetEksi Jawa Pos (halaman khusus anak muda), kami spontan bikin kompetisi basket SMA di Surabaya. Ternyata langsung meledak. Terus berkembang, dan kemudian berkembang jadi Development Basketball League (DBL) yang sekarang.Mengapa meledak? Mungkin karena konsepnya disukai ya. Kami menerapkan konsep student athlete, kalau tidak naik kelas tidak boleh ikut. Sekolah dan orang tua suka itu. Lalu kami juga ketat menerapkan aturan-aturan di lapangan, jadi pemain dan penonton merasa lebih spesial. Juga tidak menerima sponsor rokok, minuman berenergi, dan minuman beralkohol. Kami konsekuen hingga sekarang.

Untuk kompetisi bola basket pelajar tahun lalu, berapa banyak peserta dan penontonnya?
Tahun ini, apa targetnya?Honda DBL 2010 ini diselenggarakan di 21 kota, di 18 provinsi. Mulai Aceh sampai Papua, kecuali Jakarta. Kami berhasil membuktikan bahwa kompetisi terbesar di Indonesia tidak harus di Jakarta. Total tim peserta hampir 1.200 tim SMP dan SMA, dengan jumlah pemain dan official hampir 25 ribu orang. Besar sekali ya! Simulasi kami, seharusnya jumlah penonton mencapai 500 ribu orang. Tercapai kira-kira awal Agustus 2010 nanti. Kalau terwujud, Honda DBL 2010 adalah kompetisi olah raga terbesar kedua di Indonesia, setelah liga sepak bola nasional. Hebat ya?Targetnya sekarang, mengejar 500 ribu penonton itu. Seharusnya bisa. Dan ingat, pertandingan kami bukan tontonan gratis. Kami dari awal mengajarkan penonton untuk apresiasi dan membayar. Target ke depan, terus mengembangkan konsep student athlete kami ke seluruh provinsi di Indonesia.

Apa dream Anda terhadap olah raga basket di Indonesia? Akan Anda jadikan seperti apa DBL dalam 5-10 tahun ke depan?
Terus terang, kami tak pernah membayangkan DBL menjadi sebesar ini. Saking besarnya, sejak 2009 kami harus mendirikan perusahaan sendiri untuk mengelola DBL secara full time. Namanya PT Deteksi Basket Lintas Indonesia (DBL Indonesia) karena untuk menjaga dan mengembangkan, butuh tim yang bekerja full time. Sekarang karyawan DBL Indonesia sudah lebih dari 50 orang.Bukan hanya mengelola liga pelajar DBL, mulai tahun ini DBL Indonesia juga dipercaya mengelola liga basket profesional tertinggi di Indonesia, yaitu Indonesian Basketball League (IBL). Pada 25 Mei 2010, liga itu kami rebranding menjadi National Basketball League (NBL) Indonesia. Semoga jadi seheboh DBL.Dalam 5-10 tahun ke depan, semoga DBL bisa merambah seluruh Indonesia. Menyelenggarakan kompetisi basket dengan standar tertinggi di Indonesia. Selain itu, juga terus membina kerja sama internasional. Gunanya untuk meningkatkan hubungan people-to-people antara anak muda Indonesia dengan mancanegara. Sekarang kami sudah menjalin itu dengan Amerika Serikat dan Australia. Untuk mencapai itu, DBL harus tumbuh secara berkelanjutan. Tidak boleh terlalu tergantung pada sponsor.Ke depan, revenue sponsor maksimum hanya boleh 65%. Sisanya harus dari tiket penonton, merchandising, licensing, dan lain-lain. Kami sedang merintis itu sekarang. Merchandise DBL sudah bisa didapat di mal-mal di Indonesia, termasuk di Jakarta. Buku tulis sekolah DBL pun sekarang sudah dijual di mana-mana. Jangan lupa pula, semakin besar DBL dan NBL, semakin besar pula dampaknya untuk media-media di bawah Grup Jawa Pos.

Anda sepertinya menikmati sekali di Jawa Pos?
Saya sebenarnya tidak perlu ada di Jawa Pos untuk hidup enak. Di luar Jawa Pos mungkin lebih enak. Tidak capek, tetap dapat bagian banyak dari orang tua. Bahkan lebih banyak dari kebanyakan karyawan. Karena itulah, ketika benar-benar di Jawa Pos, saya harus sadar kalau saya punya tanggung jawab sangat besar. Tidak boleh main-main. Saya nyaris tak pernah libur. Dari pagi sampai malam saya di kantor. Meski kadang juga hanya bengong doang hahaha.

Reportase: Sigit A. Nugroho dan Tutut Handayani
Sumber : Facebook

Ditulis Oleh : Unknown // 05:43
Kategori:

0 komentar:

Post a Comment

 

Artikel :

Artikel :

Artikel :